1. Tetapi Kesehatan Saya Buruk
Di dunia ini memang tidak ada yang punya kesehatan sempurna.. Setiap orang pasti memiliki sesuatu yang tidak beres pada tubuhnya. Yang membedakannya bagaimana cara kita menyikapinya.. Ada yang selalu cemas memikirkan penyakit itu.. Ada pula yang memilih untuk tidak mencemaskannya sama sekali dan meraih tujuan hidupnya..
Pernahkan punya teman yang sedikit-sedikit bilang dirinya sakit ini sakit itu dan banyak lagi? Teman ayah saya punya penyakit dalih seperti ini juga. Dia masih berumur bisa dibilang tidak seberapa tua, tapi dia selalu saja pergi ke dokter terus karena dia mengeluhkan lututnya yang sudah mulai berbunyi. Dokter menyarankan untuk diet saja supaya tidak membebani lutut, tapi hasilnya dia malah kena maag akut dan harus dibawa ke Singapore, setelah di cek ternyata lututnya masih bagus dan kuat.
Untuk lebih jelas, silahkan baca ilustrasi berikut :
Ilustrasi
A merupakan seorang karyawan di sebuah perusahaan. dia masih tergolong muda.Meskipun begitu, dia selalu saja bercerita mengenai masalah penyakit jantungnya. Dia merasa bahwa ada yang tidak beres dengan jantungnya.
Dia sudah memeriksakan ke dokter beberapa kali. Namun dokter malah tidak menemukan sesuatu yang aneh. Tiap hari dia dilanda kecemasan. Mengakibatkan performa pekerjaannya menurun terus..
Bandingkan
B merupakan seorang karyawan juga. Sejak kecil dia mengidap penyakit diabetes turunan, dia harus hidup dengan serangkaian peraturan kesehatan yang ketat. Namun dia tidak pernah mencemaskan tentang penyakitnya. Dia tidak mau menghabiskan waktunya untuk memikirkan penyakitnya. Dia berpikir bahwa penyakitnya bukanlah hambatan baginya untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan hidup.
Solusi:
Cara untuk menangani penyakit ini :
1. Berhenti membicarakan atau mencemaskan kesehatan anda. Sebagian orang mungkin sakit karena dari perasaannya sendiri saja
2. Bersyukurlah atas kesehatan anda sekarang
3. Ingatlah ini : “Lebih baik lelah karena kesibukan daripada lelah karena menganggur” Nikmati Hidup Anda Sebaik-baiknya. Dan jangan mensia-siakannya dengan berpikir bahwa anda akan berbaring di rumah sakit
2. Tetapi Kita kan Harus Mempunyai Otak yang Cerdas Buat Sukses
“Orang sukses itu harus punya IQ yang tinggi harus bisa matematika, fisika dan nilai sekolahnya harus 100 semua Sedangkan aku yang nilai pas-pasan gk bakalan sukses"
Itulah pernyataan konyol dari teman saya. Dia berpikir bahwa orang sukses harus cerdas dan kutu buku. Maka, Dia sendiri yang menghambat dirinya berkembang untuk menjadi sukses.
Kebanyakan orang yang punya penyakit ini selalu merasa rendah diri. Mereka meremehkan kemampuan inteligensi sendiri. Dan melihat kemampuan inteligensi orang lain secara berlebihan.
Padahal yang terpenting untuk mencapai kesuksesan itu bukanlah seberapa tinggi IQ kita. Namun Bagaimana cara kita menggunakan kepintaran atau IQ tersebut untuk mencapai kesuksesan kita.
Ilustrasi
Seorang bos dan managernya melihat seorang kontestan kuis di TV. Kontestan tersebut benar-benar hebat dia bisa menjawab berbagai pertanyaan sulit dan aneh.
Lalu bos tersebut memberikan pertanyaan kepada managernya, ”Menurutmu, berapa gaji yang akan kuberikan kepada orang itu?”
Managernya menjawab, ”20 juta perbulan?”
Bosnya menggeleng
“Aku hanya akan membayarnya 50.000 untuk seumur hidupnya.”
Mengapa?
Karena orang tersebut sama saja dengan sebuah buku pintar yang nilainya 50.000 di toko buku terdekat
Seorang ilmuwan jenius diberi pertanyaan ,”Berapa satuan kaki (feet) yang terdapat dalam 1 mil?”
Ilmuwan itu menjawab, “Aku tidak tahu jawabannya, tapi dalam waktu 3 menit aku dapat menemukan jawabannya di buku acuan standar.”
Ilmuwan tersebut mengajarkan bahwa lebih penting kita menggunakan otak kita untuk BERPIKIR daripada menggunakannya sebagai gudang fakta.
P.S : Ilmuwan tersebut adalah Albert Einstein
Solusi:
Cara untuk menangani penyakit ini :
1. Jangan menganggap remeh kemampuan otak anda
2. Ingatkan diri anda selalu bahwa SIKAP lebih penting dari tingkat inteligensi
3. Dan juga jangan lupa bahwa menggunakan otak anda untuk BERPIKIR jauh lebih baik daripada menggunakannya sebagai gudang fakta. Karena pengetahuan bukan hanya teori dan sekadar untuk dihafal melainkan untuk digunakan berpikir
3. Tetapi Saya Sudah terlalu Tua / Saya Masih Terlalu Muda.
Pernah dengar dengan orang yang bicara,
” Saya seharusnya melakukannya bertahun-tahun lalu,sekarang sudah terlambat, saya sudah terlalu tua.” atau “Saya tidak bisa melakukan hal itu, saya masih terlalu muda dan belum matang.”
Banyak orang menutup peluang suksesnya akibat penyakit dalih ini. Mereka berpikir bahwa ada “usia yang cocok” untuk menjadi sukses dan karena mereka berada di luar “usia yang cocok” untuk sukses tersebut mereka tidak bisa sukses. Padahal usia bukanlah penghalangan orang untuk sukses. Contoh : Bob Sadino? Kenal? Dia walaupun udah tua tapi ingin terus berinovasi agar dirinya menjadi sukses, buat dia kesuksesan itu bukan tergantung dari umur tapi skill Bejo :p
A. Saya Terlalu Tua
Ilustrasi
Anna seorang wanita berumur 40 tahun, dia menemui motivatornya, David untuk berkonsultasi.
Anna berkeinginan untuk menjadi seorang wirausaha, namun dia berpikir bahwa dia terlambat
karena dia sudah berusia tua.
David : “Anna, kapan usia produktif manusia dimulai?”
Anna : ”Mungkin di usia 20 tahun bisa dikatakan produktif”
David : “Lalu kapan usia produktif tersebut berakhir?”
Anna : “Kalau dia masih sehat, manusia mungkin bisa pensiun di usia 70 tahun”
David : “Baik. anda mengatakan bahwa manusia produktif dari usia 20 tahun dan dia bisa pensiun di usia 70. Berarti masa produktif manusia adalah 50 tahun. Sekarang usia anda adalah 40, sudah berapa tahun usia produksi yang anda jalankan?”
Anna : “20 tahun”
David : “Berapa sisa usia produktif anda?”
Anna : “30 tahun”
David : “Nah lihatkan, Anda bahkan masih baru menggunakan 40 persen dari usia produktif anda.”
Dan sinar mata Anna berubah. Dia sudah sembuh dari penyakit dalih ini. Dia mengubah pikirannya yang “Saya sudah terlalu tua” menjadi “Saya masih muda dan tahun-tahun keberhasilan saya menunggu di depan saya.”
B. Saya Terlalu Muda
Ilustrasi
Jerry usia 23 tahun, dia sudah menjadi manajer di sebuah divisi di perusahaannya. Suatu hari dia melakukan konsultasi dengan motivator, David.
Jerry : “Begini, saya diangkat dari manager divisi menjadi General Manager”
David : “Selamat! itu berita baik!”
Jerry : “Ya, tapi saya memiliki masalah.. Bawahan saya memiliki usia yang jauh lebih senior daripada saya.. Saya merasa bahwa saya terlalu muda untuk duduk di kursi tersebut”
David : “Baiklah. Saya akan memberi saran beberapa hal kepada anda.
Pertama, atasan anda tentu menganggap anda cukup tua untuk di posisi itu karena kalau tidak, dia tidak mungkin menawarkan posisi itu untuk anda. Benar?"
Jerry : “Benar”
David : “Kedua, jangan sombong. Berikan rasa hormat kepada wiraniaga bawahan anda.
Minta saran dari mereka. sehingga mereka merasa bahwa mereka bekerja untuk seorang pemimpin, bukan diktator.
Ketiga biasakan diri membawahkan senior itu bekerja untuk anda. Para pemimpin muda biasanya membandingkan usianya dengan senior yang bekerja untuknya. Jadi biasakanlah diri anda untuk tahun-tahun kesuksesan anda. Dan Terakhir, ingatlah usia bukan penghalang kesuksesan. Yang penting adalah bagaimana anda menguasai pekerjaan anda.
Solusi:
Cara untuk mengatasi penyakit ini :
1. Berpikirlah bahwa “Saya masih muda” bukan “Saya sudah Tua”
2. Hitung usia produktif anda.
Ingat jika usia anda 30 tahun, berarti masih ada 40 tahun kehidupan produktif
jika usia anda 50 tahun, berarti masih ada 20 tahun kehidupan produktif
Hidup itu lebih panjang dari yang anda kira.
3. Lakukan sekarang yang ingin anda lakukan. Tidak ada kata terlambat.
4. Saya Selalu Bernasib Buruk
Misalkan anda mempunyai toko yang ramai sekali, kemudian omset toko anda meningkat terus karena anda bekerja dengan giat dan terus melakukan perubahan. Tiba-tiba suatu hari tetangga toko anda yang mempunyai toko yang lebih sepi dari anda datang kepada anda dan berkata :
“Selamat, toko anda selalu ramai karena anda beruntung sedangkan toko saya sepi karena saya memiliki nasib yang selalu buruk.”
Lalu anda tentu saja heran dengan perkataannya, mengapa dia mengatakan usaha anda itu ramai hanya karena nasib baik, padahal anda telah berusaha keras dan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan
Itulah kebiasaan kebanyakan orang gagal sekarang selalu menyambung-nyambungkan kesuksesan dengan NASIB. Mereka sudah tidak mau berusaha karena mereka merasa bahwa nasibnya buruk, maka ia tidak berhak sukses dan tidak mau berusaha sukses. Jadi, wajar saja jika kegagalan datang
Oke, coba deh pikirkan perumpamaan ini kalau memang nasib berpengaruh pada kesuksesan seseorang. Sebuah rapat di perusahaan ingin menentukan orang baru untuk managernya, jika nasib berpengaruh di sini. maka sebaiknya jabatan manager tersebut ditentukan dengan cara menarik undian saja, karena siapa bernasib baik maka dia yang dapat. Betul kan?
Tapi di dunia nyata tentu hal itu sangat konyol, jabatan atau kesuksesan seseorang bukan dari nasib atau keberuntungannya, melainkan dari usahanya dan perjuangannya.
Solusi:
Cara untuk mengatasi penyakit ini :
1. Terimalah hukum sebab-akibat.Siapa yang mau berusaha untuk sukses, maka dia akan sukses
2. Jangan mengandalkan nasib.Berusahalah untuk meningkatkan kualitas diri untuk menjadi pemenang.
NB: Ingat bro, kesuksesan lo tergantung dari hati lo yang meyakinkan segala urusan yang lo lakuin untuk menjadi sukses. Saran terakhir gw adalah coba deh hilangkan mindset yang jelek-jelek. Kenapa? Ya namanya mindset mah adalah pemikiran seseorang yang sifatnya kadang ketidaksadaran. So, be positive now.