Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang melakukan studi proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jauh sebelumnya, pihak JICA Jepang sudah melakukan studi soal kereta cepat di Indonesia namun tak ada kabarnya lagi.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pada tahun 2008, pemerintah Jepang telah melakukan studi untuk proyek kereta cepat ini. Namun, Djoko tak menyebutkan rincian yang jelas, sampai mana studi ini dilakukan.
"Indonesia sudah ada studi yang dilakukan JICA pada tahun 2008 lalu. Namanya Argo Cahaya. Namun, Jepang itu melakukan studi tapi nggak mau bangun, kadang-kadang dia begitu," kata Djoko saat dihubungi detikFinance, Jumat (5/4/2013).
Djoko menambahkan, beberapa negara sudah mengoperasikan kereta super cepat ini, seperti Jepang yang telah sukses memiliki Shinkansen, juga China dengan China Railway High Speed (CRH) dan beberapa negara di belahan benua Eropa. Menurut Djoko, dari segi pengalaman, teknologi dari Jepang lah yang paling baik untuk diadopsi Indonesia.
"Saya kira mereka sudah punya pengalaman semua. Tinggal teknologi itu saya melihatnya teknologi itu bisa mahal bisa murah. Teknologi itu masih Jepang itu sekarang, pengalamannya. Kereta Cepat China itu 2 tahun yang lalu itu pernah jatuh kena petir. Yang sudah teruji itu mungkin Jepang," jelasnya.
Dikatakan Djoko, dalam hal kesiapan, Indonesia sudah siap untuk memiliki proyek seperti ini. Hanya saja, realisasi, dana yang besar, dan pengadopsian teknologi yang dibutuhkan.
"Kita nggak punya teknologinya, tapi tentunya kan pengalaman. China juga begitu, dia belajar dari Jerman. Kita belum, tapi seandainya mampu, ya saya kira mampu. Karena sekarang belum ada saja," tutupnya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah melakukan studi kereta cepat Jakarta-Surabaya yang panjangnya diperkirakan mencapai lebih dari 700 km. Studi ini akan selesai pada tahun 2015 nanti.
Jika terealisasi, kereta tersebut diperkirakan bisa melesat dengan kecepatan 300 km/jam, sehingga waktu tempuh Jakarta-Surabaya akan lebih cepat.
sumber | http://finance.detik.com/read/2013/04/05/084422/2212137/1036/jepang-sempat-bikin-studi-pembangunan-kereta-cepat-di-indonesia?991101mainnews
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pada tahun 2008, pemerintah Jepang telah melakukan studi untuk proyek kereta cepat ini. Namun, Djoko tak menyebutkan rincian yang jelas, sampai mana studi ini dilakukan.
"Indonesia sudah ada studi yang dilakukan JICA pada tahun 2008 lalu. Namanya Argo Cahaya. Namun, Jepang itu melakukan studi tapi nggak mau bangun, kadang-kadang dia begitu," kata Djoko saat dihubungi detikFinance, Jumat (5/4/2013).
Djoko menambahkan, beberapa negara sudah mengoperasikan kereta super cepat ini, seperti Jepang yang telah sukses memiliki Shinkansen, juga China dengan China Railway High Speed (CRH) dan beberapa negara di belahan benua Eropa. Menurut Djoko, dari segi pengalaman, teknologi dari Jepang lah yang paling baik untuk diadopsi Indonesia.
"Saya kira mereka sudah punya pengalaman semua. Tinggal teknologi itu saya melihatnya teknologi itu bisa mahal bisa murah. Teknologi itu masih Jepang itu sekarang, pengalamannya. Kereta Cepat China itu 2 tahun yang lalu itu pernah jatuh kena petir. Yang sudah teruji itu mungkin Jepang," jelasnya.
Dikatakan Djoko, dalam hal kesiapan, Indonesia sudah siap untuk memiliki proyek seperti ini. Hanya saja, realisasi, dana yang besar, dan pengadopsian teknologi yang dibutuhkan.
"Kita nggak punya teknologinya, tapi tentunya kan pengalaman. China juga begitu, dia belajar dari Jerman. Kita belum, tapi seandainya mampu, ya saya kira mampu. Karena sekarang belum ada saja," tutupnya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah melakukan studi kereta cepat Jakarta-Surabaya yang panjangnya diperkirakan mencapai lebih dari 700 km. Studi ini akan selesai pada tahun 2015 nanti.
Jika terealisasi, kereta tersebut diperkirakan bisa melesat dengan kecepatan 300 km/jam, sehingga waktu tempuh Jakarta-Surabaya akan lebih cepat.