Pita suara merupakan salah satu alat vital didalam tubuh kita. Bisa Anda bayangkan bagaimana jika kita hidup tanpa pita suara? Hal inilah yang diderita pasien kanker laring yang harus diamputasi saluran nafas atasnya. Amputasi ini akan mengakibatkan hilangnya pita suara.
"Ini bukan ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut, ini kanker!" Seru dr Hakim Sorimuda Pohan, SpOG pada acara Round Table Discussion bersama dengan tema Menyatukan Suara Dokter dan Korban dalam Perjuangan Pengendalian Rokok di Indonesia, di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jl Tirtayasa Raya No 6 Kebayoran Baru, Jakarta Selata
Dokter kandungan yang aktif sebagai penggiat di organisasi Tobacco Control Support Center (TCSC) menuturkan bahwa korban rokok aktif maupun pasif cepat atau lambat akan terkena kanker.
"Salah satu dampak langsung dari merokok adalah kanker saluran pernafasan atas. Saluran nafas atasnya harus dibuang. Udara akhirnya melewati lambung dan keluar melalui osofagus. Setelah dioperasi mereka dikirim ke jepang untuk diajari agar bisa bicara dengan perut. Setiap rabu di RSCM latihannya, ini adalah upaya agar mereka tidak putus asa," ujar dr Hakim.
Beberapa mantan penderita kanker laring yang hadir dalam acara ini rata-rata berusia 50 tahun dan semuanya laki-laki. Diantara mereka terlihat seperti kakek-kakek sehat pada umumnya, namun ada satu ciri khas mereka yaitu terdapat sebuah alat dilehernya.
Mereka terlihat menggunakan kemeja ditambah baju dalam seperti 'turtle neck' untuk menutupi alat itu. Yang lain hanya menggunakan penutup luar yang memang disediakan dari alat tersebut.
Alat kecil seperti speaker yang dipasang pada leher, tepatnya dibawah dagu pasien, dan ini merupakan alat bantu bicara. Dengan bantuan alat ini penderita dapat berbicara lagi seperti memiliki pita suara, namun suaranya akan terdengar seperti robot dan sering mengeluarkan bunyi hembusan udara.
Acara ini juga dihadiri oleh salah satu breast cancer survivor yang juga terkena kanker akibat rokok. Beliau mengungkapkan telah menjadi korban rokok sejak belia.
"Saya merokok sejak umur 17 sampai 59 tahun, bisa Anda bayangkan? Sampai di tahun 2007 ketika saya menghisap rokok saya merasakan rasa sensual yang luar biasa mengalir lewat urat ke dada sebelah kiri saya. Dalam hati saya berkata 'kena nih!'. Akhirnya saya memutuskan untuk periksa ke dokter dan ternyata benar saya mengidap kanker payudara," jelas Laksmi Notokusumo, penari yang juga sutradara dan penulis puisi di Cancer Information & Support Centre (CISC).
CISC merupakan salah satu lembaga yang berdiri sejak 2003 untuk memberikan dukungan bagi mantan penderita kanker untuk bisa pulih kembali baik secara fisik dan mental. Disinilah ibu 65 tahun ini berkarya.
Nah, sudah jelas rokok bukan lagi hal yang harus dimaklumi, namun perokok juga bukanlah seorang kriminal. Perokok sebenarnya hanyalah korban atau pasien yang harus disembuhkan.
sumber