Tren mobil ramah lingkungan seperti mobil listrik sering digembar-gemborkan sebagai mobil yang tidak hanya bersih emisinya, tapi juga menghemat biaya operasional. Benarkah?
Franky Supriyadi, dari Center for Innovation Oppurtunities and Development Prasetiya Mulya Bussines School coba memberikan jawaban. Menurutnya, justru mobil listrik tidak hemat biaya.
"Mobil listrik untuk saat ini tidak cost saving. Masyarakat masih lebih banyak memilih mesin bakar konvensional daripada motor listrik," ujarnya pada Dialog Membangun Industri Berbasis Teknologi.
Ia menggambarkan, di Amerika saja yang bahan bakar kendaraan tidak disubsidi, masyarakat lebih memilih mobil berbahan bakar, bukan listrik. "Apalagi Indonesia yang sampai sekarang bahan bakarnya masih paling murah di dunia," ujarnya.
Sehingga, menurutnya secara aspek ekonomi, mobil listrik masih belum menarik perhatian masyarakat. Belum lagi melihat kendala-kendala teknis lainnya, seperti proses pengecasan baterainya.
"Memang bisa dengan mudah charger di rumah. Tapi apa iya banyak masyarakat yang rumahnya punya listrik sampai 5.000 watt? Itupun, setiap melakukan isi ulang listrik untuk mobil, seluruh listrik rumah harus padam, karena terpakai," paparnya.
Karenanya, ia berkesimpulan, untuk saat ini mobil listrik belumlah dianggap masyarakat sebagai mobil yang hemat biaya operasional. Memang secara emisi, terbilang bersih, tapi soal biaya operasional, masih mahal.
Sumber : mobil.otomotifnet.com