. Tak tanggung-tanggung mereka rela merogoh kocek hingga 100 miliar yuan atau setara Rp 158 triliun.
Seperti dikutip dari Shanghai Daily, Senin (6/5/2013), tindakan tersebut telah berhasil membantu harga emas bisa tetap stabil di kisaran US$ 1.468 per ounce.
Tak hanya ibu rumah tangga di China, para pedagang emas di Hong Kong juga diserbu pembeli yang mencari emas murah. Antrean panjang di luar sejumlah toko emas bahkan telah menutup akses jalanan dan trotoar.
Hal tersebut menggemakan proses bangkitnya keterpurukan harga emas pada 15 April lalu, lewat para pembeli yang membanjiri toko-toko perhiasan.
Berbeda dengan ibu rumah tangga di China, masyarakat Amerika Serikat justru malah menual emas senilai US$ 16,6 juta pada empat bulan pertama pada tahun ini.
Terdapat banyak tanda larangan untuk emas pada waktu yang sama. Ke depan, emas diprediksi kian berisiko setelah mendekati US$ 1.500 dan US$ 1.522 per ounce.
Dalam beberapa minggu ke depan, harga emas ditaksir masih bergerak di kisaran US$ 1.325 per ounce dan instrumen terikat dalam tuntutan fisik masih menunjukan tanda-tanda peningkatan.
Emas yang tetap menarik di pasaran akan membutuhkan waktu untuk menemukan pijakan kuat sebelum pemulihan harganya.
Aksi borong para ibu rumah tangga di China memberikan pandangan lain tentang pentingnya membeli emas di China. Ibu-ibu tak lagi mau menerima mesin cuci atau vacum cleaner sebagai kado natal. Kini mereka nampaknya lebih mendambakan perak atau emas. (Cka/Ndw)
sumber http://bisnis.liputan6.com/read/578931/wah-ibu-rumah-tangga-di-china-borong-300-ton-emas-rp-158-triliun/?related=pbr&channel=b