Memancing di selokan kota New York adalah mata pencaharian Eliel Santos, pria asal Puerto Rico. Di sarang kuman itu, ia tidak menangkap ikan atau mengais sampah, tapi berburu harta karun seperti emas, uang, hingga iPod. Delapan tahun mengais sampah di sepanjang selokan New York bagi Santos seperti petualangan berburu harta karun. Sebab, di saluran pembuangan yang bagi sebagian orang menjijikan itu ia sudah untung hingga US$1.000 atau sekitar Rp9,7 juta Lelaki 38 tahun yang tinggal di Bronx ini setiap hari menjelajahi sudut kota New York dengan menggenggam ‘alat pancing’ yaitu benang pembersih gigi. Benang dipasang pemberat kecil kemudian pada ujungnya berlumur lem tikus. Alat ini sengaja ia rancang untuk memudahkannya menarik keluar barang berharga yang dijatuhkan orang di selokan jalan. “Jika Anda menjatuhkannya, saya akan mengambilnya. Jadi, hati-hati,” kata Santos kepada pedestrian New York seperti dilansir laman New York Post Kamis (2/5). Santos pernah tak mendapat tangkapan. Tapi ia lebih sering menemukan gadget mahal sekelas iPhone dan iPod. Emas seberat 18 karat dan gelang berlian yang kemudian digadaikan sebesar USD$1.800 atau Rp17 juta adalah hasil tangkapannya dari balik jeruji besi selokan. Santos tercetus ide tersebut saat membantu seorang pria yang kuncinya terjatuh di selokan Broadway. Pria itu memberinya US$50 atau Rp486.000. Saat itulah, ia baru tersadar bahwa ini adalah cara yang baik untuk menghasilkan uang. Sebenarnya para pemburu harta selokan di New York bukan hanya Santos. Mereka selalu tertunduk, mengintip, menembus pandang ke bawah selokan seraya berharap ada yang bisa di-uang-kan. Raffi Stephania misalnya, ia menggunakan pisau mentega dan pinset untuk mengambil potongan emas dan berlian kecil yang tercecer ke selokan di distrik Diamond, New York. “Emas di jalan-jalan ini sebenarnya nilainya lebih tinggi daripada di tambang,” tutup Stephanian sambil yakin jika perburuan menggunakan metode yang benar bisa menghasilkan US$200 atau Rp1,9 juta per hari. (Vina)
sumber | http://dunia.lintas.me/go/ipotnews.com/kisah-pemburu-emas-dan-ipod-di-selokan-kota-new-york