Luka, usianya baru 12 tahun. Masa kanak-kanak yang semestinya dinikmati dengan sukacita, bermain dan merasakan dunia. Sayang, ia menderita muscular dystrophy - penyakit degeneratif yang memaksanya harus terdiam di kursi roda, dan semakin lemah dari waktu ke waktu.
Dalam penderitaan dan keterbatasan mencecap indahnya masa kanak-kanak, Luka tetap punya imajinasi setinggi langit. Ia ingin merasakan dinginnya air dan bermain bersama ikan-ikan, belajar memasukan bola basket ke dalam keranjang, melompat dan salto, bahkan sekadar meniti anak tangga. Sederhana bagi kita yang sehat, nyatanya tidak demikian untuk Luka.
Dalam penderitaan dan keterbatasan mencecap indahnya masa kanak-kanak, Luka tetap punya imajinasi setinggi langit. Ia ingin merasakan dinginnya air dan bermain bersama ikan-ikan, belajar memasukan bola basket ke dalam keranjang, melompat dan salto, bahkan sekadar meniti anak tangga. Sederhana bagi kita yang sehat, nyatanya tidak demikian untuk Luka.
Seorang fotografer, Matej Peljhan yang sekaligus kawan Luka menangkap mimpi-mimpinya. "Aku ingin bangun dari kursi roda dan melihat diriku bermain, walau hanya dalam urutan gambar." Kira-kira begitulah yang digagas Luka kepada Matej.
Diangkatnya Luka dari singgasana, dibaringkan di atas set, lalu Matej menjepret Luka secara vertikal. Sebuah teknik fotografi biasa, tetapi penuh cerita.
Diangkatnya Luka dari singgasana, dibaringkan di atas set, lalu Matej menjepret Luka secara vertikal. Sebuah teknik fotografi biasa, tetapi penuh cerita.
Maka, setelah melakukan sesi foto, inilah yang bisa kita lihat bersama. Keceriaan Luka dalam dunia imajinasinya, tertawa di masa kanak-kanak yang hilang. Mungkin, hanya dengan cara inilah Luka bisa menghapus semua luka di hatinya...