Bigcendol ~ Tak hanya remaja perempuan, remaja laki-laki yang baru beranjak dewasa pun memiliki istilah yang sama seperti Cabe-cabean, yaitu Terong-terongan.
Menurut salah seorang penyiar salah satu radio ternama di Indonesia, Gofar Hilman, disebutkan bahwa Terong-terongan itu tertuju pada remaja laki-laki yang tergolong alay atau jamet yang sangat mengganggu sekali.
"Tapi, ada juga yang bilang Terong-terongan ini banci-banci belia yang bancinya kaleng banget," kata Gofar saat diwawancarai Health Liputan6.com melalui surat elektronik, Kamis (19/12/2013)
Lain Gofar, lain pula Rapper muda bernama Young Lex (21 tahun). Menurut pandangan Young Lex, Terong-terongan tertuju pada siswa di Sekolah Teknik Menengah (STM) yang doyan sekali tawuran.
Tidak hanya itu, remaja laki-laki yang disebut Terong-terongan ini kerap mengenakan topi yang ketekuk, dan memasang fotonya sendiri di jejaring sosial, Facebook, sambil mengisap ganja.
Melihat fenomena yang amat menyedihkan ini, mengundang keprihatinan sendiri untuk dua orang cowok ini.
Menurut Gofar Hilman, agar tak ada lagi remaja yang terjerumus ke dalam fenomena, baik Cabe-cabean dan Terong-terongan ini, remaja tersebut haruslah memiliki prinsip dalam hidup. Ini sangat perlu, agar di mana saja dia bergaul, tak akan pernah terbawa arus negatif seperti ini.
Sedangkan bagi Young Lex, dalam waktu dekat dirinya akan membuat #Prayforterongterongan untuk menyelamatkan generasi muda ini.
Kata Psikolog
Psikolog Klinik Anak dan Dewasa, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd menjelaskan, anak-anak usia 14 tahun hingga 18 tahun memang harus hati-hati dalam mendidiknya. Apalagi masa remaja adalah masa pencarian jati diri.
"Kan dari dulu juga sudah banyak groupies gini. Kalau menurut saya sih, di mana-mana anak yang `menyimpang` pasti ada," kata wanita yang akrab disapa Diana saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (19/12/2013).
Menurutnya, saat remaja mencari jati dirinya, ada yang memiliki cara yang baik dengan berprestasi dan ada yang memilih cara instan dengan bersenang-senang seperti cabe-cabean.
Sementara Psikolog Lembaga Terapan Psikologi UI Muhammad Rizal Psi mengatakan, agar orangtua lebih mengawasi anaknya yang suka keluar malam hari.
"Kalau tahu anak keluar malam, awasi dia. Kenapa diperbolehkan? Kalau concern anak kita anak perempuan, harusnya lebih dijaga. Kalau kita melihat anak keluar tiap malam ini warning," kata Rizal saat dihubungi Liputan6.com.
Selain itu, lanjut Rizal, orangtua sebaiknya mengatur jadwal anak boleh keluar malam untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Demi apa
Kenapa banyak ABG putri jadi cabe-cabean, menurut Rizal itu karena ada pendorongnya.
"Ini untuk menunjukkan mereka ada di sebuah kelompok. Semakin dia menunjukkan keberadaannya, semakin dia dianggap hebat. Ini bisa ke persaingan teman," kata Rizal.
Rizal menjelaskan, di usia ABG itu anak-anak memang berusaha menunjukkan dirinya hebat di dalam kelompok agar diakui. "Remaja ingin menunjukkan dirinya supaya bisa diakui di kelompok sebegitu besar. Semakin ia diakui semakin tinggi levelnya secara sosial," kata Rizal.
Menurut Rizal, sebenarnya fenomena ini bukanlah hal yan baru. Mungkin hanya istilahnya saja yang baru. "Saya menduga ini fenomena lama yang sudah ada, tapi sekarang ditambah dengan nama Cabe-cabean," kata Rizal.
Ia mengatakan, fenomena ini bisa muncul karena perubahan sistem nilai. Norma-norma yang dulu dianggap sakral di suatu massa, mungkin kini tak penting lagi. "Mungkin ada perubahan sistem nilai. Mereka lebih bebas dalam berpikir. Norma yang dulu ada barangkali tidak terlalu penting sehingga mereka berani tampil dengan berpakaian seronok," ujar Rizal. Baca Juga:
sumber: asalasah.blogspot.com
Menurut salah seorang penyiar salah satu radio ternama di Indonesia, Gofar Hilman, disebutkan bahwa Terong-terongan itu tertuju pada remaja laki-laki yang tergolong alay atau jamet yang sangat mengganggu sekali.
"Tapi, ada juga yang bilang Terong-terongan ini banci-banci belia yang bancinya kaleng banget," kata Gofar saat diwawancarai Health Liputan6.com melalui surat elektronik, Kamis (19/12/2013)
Lain Gofar, lain pula Rapper muda bernama Young Lex (21 tahun). Menurut pandangan Young Lex, Terong-terongan tertuju pada siswa di Sekolah Teknik Menengah (STM) yang doyan sekali tawuran.
Tidak hanya itu, remaja laki-laki yang disebut Terong-terongan ini kerap mengenakan topi yang ketekuk, dan memasang fotonya sendiri di jejaring sosial, Facebook, sambil mengisap ganja.
Melihat fenomena yang amat menyedihkan ini, mengundang keprihatinan sendiri untuk dua orang cowok ini.
Menurut Gofar Hilman, agar tak ada lagi remaja yang terjerumus ke dalam fenomena, baik Cabe-cabean dan Terong-terongan ini, remaja tersebut haruslah memiliki prinsip dalam hidup. Ini sangat perlu, agar di mana saja dia bergaul, tak akan pernah terbawa arus negatif seperti ini.
Sedangkan bagi Young Lex, dalam waktu dekat dirinya akan membuat #Prayforterongterongan untuk menyelamatkan generasi muda ini.
Kata Psikolog
Psikolog Klinik Anak dan Dewasa, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd menjelaskan, anak-anak usia 14 tahun hingga 18 tahun memang harus hati-hati dalam mendidiknya. Apalagi masa remaja adalah masa pencarian jati diri.
"Kan dari dulu juga sudah banyak groupies gini. Kalau menurut saya sih, di mana-mana anak yang `menyimpang` pasti ada," kata wanita yang akrab disapa Diana saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (19/12/2013).
Menurutnya, saat remaja mencari jati dirinya, ada yang memiliki cara yang baik dengan berprestasi dan ada yang memilih cara instan dengan bersenang-senang seperti cabe-cabean.
Sementara Psikolog Lembaga Terapan Psikologi UI Muhammad Rizal Psi mengatakan, agar orangtua lebih mengawasi anaknya yang suka keluar malam hari.
"Kalau tahu anak keluar malam, awasi dia. Kenapa diperbolehkan? Kalau concern anak kita anak perempuan, harusnya lebih dijaga. Kalau kita melihat anak keluar tiap malam ini warning," kata Rizal saat dihubungi Liputan6.com.
Selain itu, lanjut Rizal, orangtua sebaiknya mengatur jadwal anak boleh keluar malam untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Demi apa
Kenapa banyak ABG putri jadi cabe-cabean, menurut Rizal itu karena ada pendorongnya.
"Ini untuk menunjukkan mereka ada di sebuah kelompok. Semakin dia menunjukkan keberadaannya, semakin dia dianggap hebat. Ini bisa ke persaingan teman," kata Rizal.
Rizal menjelaskan, di usia ABG itu anak-anak memang berusaha menunjukkan dirinya hebat di dalam kelompok agar diakui. "Remaja ingin menunjukkan dirinya supaya bisa diakui di kelompok sebegitu besar. Semakin ia diakui semakin tinggi levelnya secara sosial," kata Rizal.
Menurut Rizal, sebenarnya fenomena ini bukanlah hal yan baru. Mungkin hanya istilahnya saja yang baru. "Saya menduga ini fenomena lama yang sudah ada, tapi sekarang ditambah dengan nama Cabe-cabean," kata Rizal.
Ia mengatakan, fenomena ini bisa muncul karena perubahan sistem nilai. Norma-norma yang dulu dianggap sakral di suatu massa, mungkin kini tak penting lagi. "Mungkin ada perubahan sistem nilai. Mereka lebih bebas dalam berpikir. Norma yang dulu ada barangkali tidak terlalu penting sehingga mereka berani tampil dengan berpakaian seronok," ujar Rizal. Baca Juga:
sumber: asalasah.blogspot.com