Oleh Soraya Khoirunnisa Halim
Ketika “harlem shake” menjadi fenomena mengguncang di awal tahun 2013 karena kesuksesannya menyihir tua muda dari berbagai macam belahan dunia untuk berbondong-bondong mengupload gaya “bebas” ala harlem shake.
Maka sesungguhnya fenomena Tabarok, Yazid dan Zainah (tiga kakak beradik penghafal Al-Qur’an termuda) adalah tidak kalah menggetarkan hati tua muda dunia.
Namun berbeda dengan euphoria “harlem shake”, kehadiran Tabarok dan kedua adiknya mampu menyuntikkan motivasi dosis tinggi kepada penduduk dunia. Motivasi yang InsyaAllah membawa misi pendekatan diri kepada Allah SWT Raja Seluruh Alam.
Tidak cukup kata untuk menggambarkan ketidak percayaan sekaligus kekaguman dengan keberhasilan mereka dalam menghafal Alquran pada usia tiga setengah tahun. Ya! Tabarak dan kedua adiknya adalah bukti nyata akan janji Allah yang diulang sebanyak empat kali dalam Surat Al-Qomar.
Sudah barang tentu kedatangan Tabarak dan kedua adiknya ke Indonesia beberapa waktu lalu mengobarkan api semangat yang membara bagi kita semua untuk menjadi hafiz hafizhah seperti mereka. Dan ini adalah hal yang sangat positif mengingat budaya negatif yang menjamur tidak terkendali pada kehidupan masyarakat dunia. Hal ini berdampak pula pada kecenderungan bertingkah laku pada kehidupan manusia.
Maka bagi para calon hafizh atau hafizhoh ada baiknya jikalau memperhatikan hal-hal berikut.
Pertama adalah meluruskan niat. Apakah maksud kita menghafal Alquran untuk mendapatkan penghormatan dari orang lain? Apakah kita mendorong anak kita menghafal supaya kita dianggap sebagai orang tua yang sukses? Jika masih ada motivasi selain Allah di dalam hati kita, maka marilah beristighfar dan buru-buru meluruskan niat. Lillaahi ta’ala kita menghafal dan ridha allah adalah puncak tujuan kita. Mari mengingat QS.Al-Bayyinah: 5.
Kedua adalah Istiqomah. Istiqomah adalah konsisten. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesemangatan dalam menghafal bersifat fluktuatif. Naik dan turun. Kondisi jiwa yang terkadang senang dan susah menjadi ujian bagi para penghafal Al-Qur’an. Disinilah istiqomah sangat menentukan keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Ketiga adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT. Menghafal Quran telah dijanjikan Allah sebagai sesuatu yang mudah. Tapi hal tersebut tidak lalu membuat kita menjadi jumawa. Selayaknya kita menyadari bahwa kita tidak akan dapat menghafal Alquran kecuali dengan pertolongan Allah. Dan pertolongan Allah tersebut harus kita tarik.
Diibaratkan, dengan pergi ke kolam ikan kita akan mendapat banyak ikan. Tapi kita tidak akan mendapatkan satupun ikan hanya dengan berdiri mematung. Tentulah harus ada usaha untuk mendapatkan ikan tersebut. Usaha yang dapat kita lakukan untuk menarik pertolongan Allah diantaranya adalah memperbanyak amal sholeh. Sholat malam, puasa sunnah, bersedekah dan amal saleh lainnya insya Allah dapat menjadi kail untuk menarik pertolongan Allah.
Lalu bagaimana dengan saudara kita yang mengalami kesulitan dalam urusan menghafal. Tidak semua orang diberi anugerah dengan kemampuan menghafal yang baik. Maka tidak ada satupun alasan untuk mengundurkan diri dari menghafalkan Alquran. Dan bagi mereka pahala dua kali lipat. Satu pahala karena bacaannya. Satu pahala lagi karena kesungguhannya. ( Himpunan Fadhilah Amal : 566)
Mulla Ali Qori rah.a. meriwayatkan dari Thabrani dan Baihaqi, “Barangsiapa berusaha menghafal Alquran, tetapi ia tidak mampu untuk menghafalnya, maka ia akan memperoleh ganjaran dua kali lipat. Dan barangsiapa benar-benar ingin menghafal Alquran tetapi tidak mampu dan ia tetap berusaha untuk menghafalnya, maka Allah akan membangkitkannya pada hari mahsyar bersama-sama para hafiz Alquran.”
Subhanallah. Wallahu a’lam.
Sumber