Unta dikenal sebagai binatang yang hidup di daerah gurun dan kering. Namun, pada masa lalu di pertengahan era Pliosene, moyang hewan ini ternyata pernah hidup di daerah dingin, sangat dekat dengan kutub.
Fakta ini terungkap dari hasil temuan fosil unta oleh tim peneliti di Canadian Museum of Nature di Ottawa.
“Temuan ini mengejutkan kami. Sebabnya, kita sering mengasosiasikan unta sebagai hewan yang hidup di habitat beriklim kering (arid) dan setengah kering (semi-arid),” urainya lagi.
Ada 30 buah tulang yang merupakan bagian tulang kering fosil unta yang berhasil ditemukan tim peneliti. Tulang-tulang itu kemudian diidentifikasi menggunakan metode collagen fingerprinting. Jumlah protein, bernama Kolagen Type I, yang terkandung dalam tulang tersebut dihitung.
Berdasarkan hasil analisis yang dipublikasikan pada Jurnal Nature Communications kemarin, terungkap bahwa nenek moyang unta yang ditemukan berusia 3,5 juta tahun dan ukurannya 1/3 kali lebih besar daripada unta modern yang hidup saat ini.
Rybczynski mengatakan, kondisi pada masa 3,5 juta tahun lalu memang memungkinkan bagi unta untuk bisa hidup di daerah dekat dengan kutub. Pertengahan era Pliosene itu dikenal dengan kondisinya yang hangat. Suhu global masa itu 2 - 3 derajat Celcius lebih hangat dari suhu saat ini.
Kedepannya, Rybczynski dan timnya berencana untuk meneruskan pencarian unta di daerah sekitar kutub utara. “Kami berharap bisa menemukan bukti lainnya,” kata Rybczynski.
Fakta ini terungkap dari hasil temuan fosil unta oleh tim peneliti di Canadian Museum of Nature di Ottawa.
Tim peneliti yang dikomandani oleh paleobiolog Natalia Rybczynski berhasil menemukan fosil unta yang diperkirakan berusia 3,5 juta tahun di Pulau Ellesmere. Pulau itu terletak di bagian paling utara Kanada, Nunavut.
“Fosil ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa unta pernah hidup di daerah itu,” kata Rybczynski kepada Livescience.
“Fosil ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa unta pernah hidup di daerah itu,” kata Rybczynski kepada Livescience.
“Temuan ini mengejutkan kami. Sebabnya, kita sering mengasosiasikan unta sebagai hewan yang hidup di habitat beriklim kering (arid) dan setengah kering (semi-arid),” urainya lagi.
Ada 30 buah tulang yang merupakan bagian tulang kering fosil unta yang berhasil ditemukan tim peneliti. Tulang-tulang itu kemudian diidentifikasi menggunakan metode collagen fingerprinting. Jumlah protein, bernama Kolagen Type I, yang terkandung dalam tulang tersebut dihitung.
Berdasarkan hasil analisis yang dipublikasikan pada Jurnal Nature Communications kemarin, terungkap bahwa nenek moyang unta yang ditemukan berusia 3,5 juta tahun dan ukurannya 1/3 kali lebih besar daripada unta modern yang hidup saat ini.
Rybczynski mengatakan, kondisi pada masa 3,5 juta tahun lalu memang memungkinkan bagi unta untuk bisa hidup di daerah dekat dengan kutub. Pertengahan era Pliosene itu dikenal dengan kondisinya yang hangat. Suhu global masa itu 2 - 3 derajat Celcius lebih hangat dari suhu saat ini.
Kedepannya, Rybczynski dan timnya berencana untuk meneruskan pencarian unta di daerah sekitar kutub utara. “Kami berharap bisa menemukan bukti lainnya,” kata Rybczynski.